Wednesday, February 27, 2013

My First Writing

Energi Super di Tubuh Mungil Ivander



              Lega rasanya melihat buah hati ku terlelap saat kulirik jam menunjuk angka 09.00 malam. Di usianya yg ke 23 bulan pola tidur nya memang berubah. Yang semula jam 07.00 sekarang menjadi lebih larut. Yang semula dua kali sehari sekrang hanya sekali. Aku pun terbayang aktivitas nya seharian, dari bangun pagi sampai tidur lagi.

            Seperti biasa pagi hari aku memasak untuk suami, ibu dan anakku. Setiap hari aku harus membuat 2 menu makanan yang berbeda, karena ibu sangat menyukai makanan yang agak pedas, dan satu menu untuk suami dan anakku yang tidak suka pedas. Saat aku sedang sibuk membersihkan sayuran, datanglah ivander. Awalnya dia hanya melihat sambil menunjuk satu per satu sayuran yang aku bersihkan.

            Dia bertanya sambil berkata “gung..! gung...! sembari tangannya mengarah pada jagung yang ku kupas. “iya, ini jagung. Pintar”, tak lupa kuberi pujian setiap kali dia berhasil menyebut nama benda.  Hal ini ku lakukan agar dia merasa senang. Namun tanpa kusadari kalau kita memberi kata – kata pujian ternyata bisa menghilangkan motivasi anak untuk berusaha lebih keras. Aku teringat pernah membaca suatu artikel tentang cara meningkatkan kecerdasan anak, salah satu yang harus dihindari memberi kata-kata atau label positif. Diantara nya yaitu memuji anak dengan kata pintar. Aku segera meralat kata pintar itu dengan menunjukkan wortel yang akan ku kupas, lalu kubiarkan anakku bermain-main dengan wortel tersebut.

            Aku tak menyadari saat ivander mulai memakan wortel yang aku berikan untuk mainan. Lalu aku pun memanggil suami ku untuk ikut melihat tingkah polah anakku. Suami ku hanya tersenyum sambil menyuruh ku mencuci wortel tesebut dan kuberikan lagi pada anakku. Kemudian suami ku membawa anakku ke ruang depan.  

Dari ivander mulai mengenal makanan, aku memang sering memasukkan wortel di setiap menu makananya. Dari mulai dibuat utnuk bubur sayur, dikukus ataupun dibuat jus. Tak heran jika dia pun suka memakan wortel mentah tanpa dimasak terlebih dahulu. Terkadang aku khawatir jika perut nya mengalami masalah karena kebiasaanya itu. Tapi alhamdulillah dia tak pernah mengeluh sakit perut dan buang airnya pun normal. 

            “insiden wortel” berlalu dengan mulus. Tak berapa lama ivander kembali ke dapur dimana aku sedang memasak. Kali ini dia menuju ke rak piring. Tangannya mengambil baskom kemudian beralih ke tempat aku biasa menaruh bumbu – bumbu masakan. Dia pun mulai sibuk dengan eksperimennya. Diambilnya beberapa potong bawang merah, diamasukkan ke baskom. Kemudian dia mengambil pisau yang aku pikir sudah ku simpan ditempat yang aman tapi ternyata dia berhasil menemukannya. 

            Teriakan ku membahana di seluruh ruangan. Suami ku buru – buru menghampiri ku. “mas, ivander mainan pisau’, kata ku. Lalu suami ku membawa anakku kembali keruang depan. Tanpa sepengetahuan kami ternyata di tangan nya yang lain dia membawa sepotong cabe hijau, begitu dipikir situasi aman, ivander menggigit cabe tersebut. Dengan bibir memerah dan mulut kepedasan dia meminta minum pada suami ku, “enum...enum’, katanya. Lalu suami ku dengan sabar dan juga merasal geli memberikan minum padanya.

            Tepat jam 08.00 waktunya kita semua sarapan. Sepertia biasa aku menyuapi ivander dahulu baru setelah itu gantian aku yang sarapan. Kami sarapan di ruang depan yang sekaligus juga ruang makan, ruang tv dan ruang tamu. Sambil makan kami menonton kartun anak. Saat menonton tv mata anakku tak sekejap pun beralih dari tv. Saat aku sedang menyuapkan makanan kemulutnya tanpa sengaja tangan anakku menyenggol piring yang aku pegang. Nasi dipiring pun berhamburan dilantai.
            Dengan kesal aku memarahi anakku, aku menjelaskan bahwa saat makan tidak boleh sambil menonton tv. Dia terlihat sedih, di hati ku terselip sesal karena sudah memarahinya.

Itu insiden kedua di pagi hari. Setelah sarapan aku memandikan anakku kemudian memberi kan dia susu formula. Dari usia 4 bulan  aku tidak memberi nya ASI. Aku sangat menyesali hal ini. Sebenarnya ASI ku keluar, namun anakku tidak mau menyusu pada ku. Jadi aku harus memompa terlebih dahulu memindah kan ke dalam botol baru dia mau menyusu. Segala hal sudah dilakukan, dari menarik-narik agar puting ku lebih panjang, di urut sampai dibuat kan alat untuk membuat puting ku keluar pun sudah. Namun tetap saja anakku tak mau menyusu. 

Karena hal itu lah maka aku sangat ekstra dalam merawat dan memberikan gizi yang seimbang agar pertumbuhannya tak terhambat. Saat dia berusia 1- 9 bulan ivander sangat sehat dan montok. Pertumbuhannya pun sangat pesat. Jarang sekali sakit, kalupun sakit itu pun hanya diare. Namun yang membuat ku sedih, pada saat dia menginjak usia 10 bulan ivander susah sekali makan. Satu suapan membutuh kan 10 – 15 menit. Dia malas mengunyah. Berat badannya turun. Banyak tetangga yang bilang kalau anakku kekurangan gizi. Sedih dan kesal juga mendengar orang lain mengatakan itu.  Namun aku hanya menanggapinya dengan senyuman, sambil dalam hati berkata “kalian ngga tahu bagaimana aku merawat anakku, makanya kalian enteng saja mengatakan anakku kurang gizi “. Aku dan suami ku pun sering membawanya ke bidan. Tak lupa kami pun berkonsultasi perihal ivander yang susah makan. Setelah kami mendengar jawaban bidan tersebut kami pun lega.

Kegiatan kami pun bertambah, dari mempersiapkan menu yang bergizi dan berbeda setiap hari, memberi nya vitamin dan melihat perubahan dan perkembangan fisik nya. Dari tumbuh gigi, merangkak, berdiri hinggan saat dia jalan dan berlari. Itu semua aku dan suami ku lakukan berdua.

Kembali ke ivander yang asyik minum susu sambil nonton Pingu, film kesayangan nya. Sejak ku kenalkan serial ini padanya dia jadi gemar sekali menonton. Pingu yaitu nama salah satu tokoh di keluarga penguin. Film ini menceritakan kehidupan sehari- hari keluarga pingu, ayah pingu, ibu pingu, pingu dan pinga adikknya. Film ini sarat akan pesan positif dan sesuai untuk batita dan balita. 

Hampir setengah jam dia menonton, susu di botol pun habis dia pun segera terlelap. Ivander tidur selama kurang lebih 3 jam. Namun terkadang hanya2  jam. Tergantung jika saat pagi dia bangun sangat awal dan juga aktfifitasnya yang membuat nya kelelahan maka tidrnya pun akan sedikit lebih lama. 

Ivander sangat aktif. Dia tidak pernah mau diam. Jika aku melarang melakukan ini, dia pun akan melakukan hal lain. Sampai-sampai aku tak berani meninggalkannya sekejap pun. Pekerjaan rumah baru aku kerjakan saat anakku tidur atau saat suami ku pulang dari kerja dan ibu pulang dari ber jualan di pasar. Memang semenjak aku hamil 9 bulan hingga kini ivander 23 bulan aku memilih untuk berhenti kerja demi mengasuh anak. Aku mengerjakan semuanya sendiri dan terkadang dibantu oleh ibu dan suamiku, karena aku tidak mau menambah beban suami ku untuk mencari pengasuh untuk anakku. Ku pikir lebih puas kalau bisa mengasuh dan membesarkan anak dengan tangan sendiri, lagi pula pasti ngga akan ada yang mau dan mampu mengasuh anakku yang super aktif. Kalaupun ada pasti minta gaji yang besar.

Setelah kurang lebih 3 jam ivander tidur dia terbangun, sambil memanggil mama....mama mencari ku. Aku sangat senang setiap kali dia terbangun dari tidur nya aku lah orang pertama yang dicarinya. Itu memuat ku sangat bahagia melebihi apapun. 

Kembali ke rutinitas, setelah bangun tidur aku menyuapinya. Setelah itu kuajak dia keluar bermain dengan anak-anak tetangga. Ini juga saat-saat yang tepat untuk melatih nya bersosialisasi dengan yang lain. Ada kalanya dia merasa malu untuk untuk bergabung dengan anak-anak seusianya namun setelah kubujuk dia pun mau berbaur dengan yang lain. Kadang aku merasa heran pada anakku, saat di rumah dia terkadang marah jika aku melarang nya. Kalau  sudah marah dia akan membuang segala yan dipegang nya. Namun saat dia bermain dengan teman – temanya dia lebih banyak mengalah. “ah..tingkah anak mungkin berubah-ubah”, pikir ku.

Setelah sekitar satu setengah jam dia bermain aku membawa anakku pulang untuk aku mandikan. Selesai mandi kembali dia meminta ku untuk memutarkanya fim Pingu, “not...nottt” kata nya menirukan tokoh di film tersebut. Sebelum masuk kamar dia sempet melirik toples biskuit di atas lemari. Anakku menonton film tersebut di komputer yang kebetulan suami ku memasang nya di kamar.  Dia pun menyuruh ku untuk mengambilkanya dengan berkata “jajaan...jajan’. Segala cemilan dia menyebut nya dengan “jajan”. Aku pun mengambilkannya dan menyuruh nya untuk duduk manis. Dia pun menurut sambil menonton tak henti nya mulut mungilnya mengunyah biskuit kesukaanya. 

Tak terasa jam menunjuk angka 06.00 sore. Terdengar suara adzan magrib. Lalu anakku dengan berlari menghampiri ku sambil berteriak ‘adzaaa...adzaa” katanya. Aku tersenyum sambil memujinya dalam hati, “iya nak. Adzan maghrib waktunya sholat”. Tak berapa lama suami ku pulang, anakku pun berlari menhampirinya “papa...papa” katanya. Tangan mungil nya terjulur menyambut tangan suami ku dan mencium nya.

Setelah makan malam kembali ivander berulah dihadapan suami dan ibu ku. Dia bermanja – manja dengan ibu ku kemudian beralih ke suami ku. Mungkin seharian tak bertemu dia merasa kangen. Akhirnya di jam 08.45 dia terlelap sambil memeluk botol susu dan guling nya. 

Anakku mungkin berbeda dari anak yang lain. Lebih aktif dari anak manapun. Badannya lebih mungil dari yang lain, namun aku percaya dia lebih cerdas dan lebih hebat dari anak seusianya. Di usia yang ke 23 bulan dengan berat badan 12 kg sudah bisa membuat kami takjub dengan segala kepintaran dan juga kenakalannya. Ivander Zakiy Mahendradata, anakku sayang, semoga kelak engkau menjadi anak yang sholeh, berbakti pada kedua orang tua mu, berguna bagi nusa bangsa dan agama, semoga kelak engkau seindah nama mu yang bermakna lelaki hebat dengan hati yang bersih yang akan menjadi penerus keluarga mahendradata.


 

1 comment:

  1. bisa di read more ini tulisan lho, biar terlihat ramping eh pendek...ada di waktu write post, good luck

    ReplyDelete