Energi Super di Tubuh
Mungil Ivander
Lega
rasanya melihat buah hati ku terlelap saat kulirik jam menunjuk angka 09.00
malam. Di usianya yg ke 23 bulan pola tidur nya memang berubah. Yang semula jam
07.00 sekarang menjadi lebih larut. Yang semula dua kali sehari sekrang hanya
sekali. Aku pun terbayang aktivitas nya seharian, dari bangun pagi sampai tidur
lagi.
Seperti biasa pagi hari aku memasak
untuk suami, ibu dan anakku. Setiap hari aku harus membuat 2 menu makanan yang
berbeda, karena ibu sangat menyukai makanan yang agak pedas, dan satu menu
untuk suami dan anakku yang tidak suka pedas. Saat aku sedang sibuk
membersihkan sayuran, datanglah ivander. Awalnya dia hanya melihat sambil
menunjuk satu per satu sayuran yang aku bersihkan.
Dia bertanya sambil berkata “gung..!
gung...! sembari tangannya mengarah pada jagung yang ku kupas. “iya, ini
jagung. Pintar”, tak lupa kuberi pujian setiap kali dia berhasil menyebut nama
benda. Hal ini ku lakukan agar dia
merasa senang. Namun tanpa kusadari kalau kita memberi kata – kata pujian ternyata bisa menghilangkan
motivasi anak untuk berusaha lebih keras. Aku teringat pernah membaca suatu
artikel tentang cara meningkatkan kecerdasan anak, salah satu yang harus
dihindari memberi kata-kata atau label positif. Diantara nya yaitu memuji anak
dengan kata pintar. Aku segera meralat kata pintar itu dengan menunjukkan
wortel yang akan ku kupas, lalu kubiarkan anakku bermain-main dengan wortel
tersebut.
Aku
tak menyadari saat ivander mulai memakan wortel yang aku berikan untuk mainan.
Lalu aku pun memanggil suami ku untuk ikut melihat tingkah polah anakku. Suami
ku hanya tersenyum sambil menyuruh ku mencuci wortel tesebut dan kuberikan lagi
pada anakku. Kemudian suami ku membawa anakku ke ruang depan.
Dari ivander mulai
mengenal makanan, aku memang sering memasukkan wortel di setiap menu makananya.
Dari mulai dibuat utnuk bubur sayur, dikukus ataupun dibuat jus. Tak heran jika
dia pun suka memakan wortel mentah tanpa dimasak terlebih dahulu. Terkadang aku
khawatir jika perut nya mengalami masalah karena kebiasaanya itu. Tapi
alhamdulillah dia tak pernah mengeluh sakit perut dan buang airnya pun normal.
“insiden
wortel” berlalu dengan mulus. Tak berapa lama ivander kembali ke dapur dimana
aku sedang memasak. Kali ini dia menuju ke rak piring. Tangannya mengambil
baskom kemudian beralih ke tempat aku biasa menaruh bumbu – bumbu masakan. Dia
pun mulai sibuk dengan eksperimennya. Diambilnya beberapa potong bawang merah,
diamasukkan ke baskom. Kemudian dia mengambil pisau yang aku pikir sudah ku
simpan ditempat yang aman tapi ternyata dia berhasil menemukannya.
Teriakan
ku membahana di seluruh ruangan. Suami ku buru – buru menghampiri ku. “mas,
ivander mainan pisau’, kata ku. Lalu suami ku membawa anakku kembali keruang
depan. Tanpa sepengetahuan kami ternyata di tangan nya yang lain dia membawa
sepotong cabe hijau, begitu dipikir situasi aman, ivander menggigit cabe
tersebut. Dengan bibir memerah dan mulut kepedasan dia meminta minum pada suami
ku, “enum...enum’, katanya. Lalu suami ku dengan sabar dan juga merasal geli
memberikan minum padanya.
Tepat
jam 08.00 waktunya kita semua sarapan. Sepertia biasa aku menyuapi ivander
dahulu baru setelah itu gantian aku yang sarapan. Kami sarapan di ruang depan
yang sekaligus juga ruang makan, ruang tv dan ruang tamu. Sambil makan kami
menonton kartun anak. Saat menonton tv mata anakku tak sekejap pun beralih dari
tv. Saat aku sedang menyuapkan makanan kemulutnya tanpa sengaja tangan anakku
menyenggol piring yang aku pegang. Nasi dipiring pun berhamburan dilantai.
Dengan
kesal aku memarahi anakku, aku menjelaskan bahwa saat makan tidak boleh sambil
menonton tv. Dia terlihat sedih, di hati ku terselip sesal karena sudah
memarahinya.
Itu insiden kedua di
pagi hari. Setelah sarapan aku memandikan anakku kemudian memberi kan dia susu
formula. Dari usia 4 bulan aku tidak
memberi nya ASI. Aku sangat menyesali hal ini. Sebenarnya ASI ku keluar, namun
anakku tidak mau menyusu pada ku. Jadi aku harus memompa terlebih dahulu
memindah kan ke dalam botol baru dia mau menyusu. Segala hal sudah dilakukan,
dari menarik-narik agar puting ku lebih panjang, di urut sampai dibuat kan alat
untuk membuat puting ku keluar pun sudah. Namun tetap saja anakku tak mau
menyusu.
Karena hal itu lah
maka aku sangat ekstra dalam merawat dan memberikan gizi yang seimbang agar
pertumbuhannya tak terhambat. Saat dia berusia 1- 9 bulan ivander sangat sehat
dan montok. Pertumbuhannya pun sangat pesat. Jarang sekali sakit, kalupun sakit
itu pun hanya diare. Namun yang membuat ku sedih, pada saat dia menginjak usia
10 bulan ivander susah sekali makan. Satu suapan membutuh kan 10 – 15 menit.
Dia malas mengunyah. Berat badannya turun. Banyak tetangga yang bilang kalau
anakku kekurangan gizi. Sedih dan kesal juga mendengar orang lain mengatakan
itu. Namun aku hanya menanggapinya
dengan senyuman, sambil dalam hati berkata “kalian ngga tahu bagaimana aku
merawat anakku, makanya kalian enteng saja mengatakan anakku kurang gizi “. Aku
dan suami ku pun sering membawanya ke bidan. Tak lupa kami pun berkonsultasi
perihal ivander yang susah makan. Setelah kami mendengar jawaban bidan tersebut
kami pun lega.
Kegiatan kami pun
bertambah, dari mempersiapkan menu yang bergizi dan berbeda setiap hari,
memberi nya vitamin dan melihat perubahan dan perkembangan fisik nya. Dari
tumbuh gigi, merangkak, berdiri hinggan saat dia jalan dan berlari. Itu semua aku
dan suami ku lakukan berdua.
Kembali ke ivander
yang asyik minum susu sambil nonton Pingu, film kesayangan nya. Sejak ku
kenalkan serial ini padanya dia jadi gemar sekali menonton. Pingu yaitu nama
salah satu tokoh di keluarga penguin. Film ini menceritakan kehidupan sehari-
hari keluarga pingu, ayah pingu, ibu pingu, pingu dan pinga adikknya. Film ini
sarat akan pesan positif dan sesuai untuk batita dan balita.
Hampir setengah jam
dia menonton, susu di botol pun habis dia pun segera terlelap. Ivander tidur
selama kurang lebih 3 jam. Namun terkadang hanya2 jam. Tergantung jika saat pagi dia bangun
sangat awal dan juga aktfifitasnya yang membuat nya kelelahan maka tidrnya pun
akan sedikit lebih lama.
Ivander sangat aktif.
Dia tidak pernah mau diam. Jika aku melarang melakukan ini, dia pun akan
melakukan hal lain. Sampai-sampai aku tak berani meninggalkannya sekejap pun.
Pekerjaan rumah baru aku kerjakan saat anakku tidur atau saat suami ku pulang
dari kerja dan ibu pulang dari ber jualan di pasar. Memang semenjak aku hamil 9
bulan hingga kini ivander 23 bulan aku memilih untuk berhenti kerja demi
mengasuh anak. Aku mengerjakan semuanya sendiri dan terkadang dibantu oleh ibu
dan suamiku, karena aku tidak mau menambah beban suami ku untuk mencari
pengasuh untuk anakku. Ku pikir lebih puas kalau bisa mengasuh dan membesarkan
anak dengan tangan sendiri, lagi pula pasti ngga akan ada yang mau dan mampu
mengasuh anakku yang super aktif. Kalaupun ada pasti minta gaji yang besar.
Setelah kurang lebih
3 jam ivander tidur dia terbangun, sambil memanggil mama....mama mencari ku.
Aku sangat senang setiap kali dia terbangun dari tidur nya aku lah orang
pertama yang dicarinya. Itu memuat ku sangat bahagia melebihi apapun.
Kembali ke rutinitas,
setelah bangun tidur aku menyuapinya. Setelah itu kuajak dia keluar bermain
dengan anak-anak tetangga. Ini juga saat-saat yang tepat untuk melatih nya
bersosialisasi dengan yang lain. Ada kalanya dia merasa malu untuk untuk
bergabung dengan anak-anak seusianya namun setelah kubujuk dia pun mau berbaur
dengan yang lain. Kadang aku merasa heran pada anakku, saat di rumah dia
terkadang marah jika aku melarang nya. Kalau
sudah marah dia akan membuang segala yan dipegang nya. Namun saat dia
bermain dengan teman – temanya dia lebih banyak mengalah. “ah..tingkah anak
mungkin berubah-ubah”, pikir ku.
Setelah sekitar satu
setengah jam dia bermain aku membawa anakku pulang untuk aku mandikan. Selesai
mandi kembali dia meminta ku untuk memutarkanya fim Pingu, “not...nottt” kata
nya menirukan tokoh di film tersebut. Sebelum masuk kamar dia sempet melirik
toples biskuit di atas lemari. Anakku menonton film tersebut di komputer yang
kebetulan suami ku memasang nya di kamar.
Dia pun menyuruh ku untuk mengambilkanya dengan berkata
“jajaan...jajan’. Segala cemilan dia menyebut nya dengan “jajan”. Aku pun
mengambilkannya dan menyuruh nya untuk duduk manis. Dia pun menurut sambil
menonton tak henti nya mulut mungilnya mengunyah biskuit kesukaanya.
Tak terasa jam
menunjuk angka 06.00 sore. Terdengar suara adzan magrib. Lalu anakku dengan
berlari menghampiri ku sambil berteriak ‘adzaaa...adzaa” katanya. Aku tersenyum
sambil memujinya dalam hati, “iya nak. Adzan maghrib waktunya sholat”. Tak
berapa lama suami ku pulang, anakku pun berlari menhampirinya “papa...papa”
katanya. Tangan mungil nya terjulur menyambut tangan suami ku dan mencium nya.
Setelah makan malam
kembali ivander berulah dihadapan suami dan ibu ku. Dia bermanja – manja dengan
ibu ku kemudian beralih ke suami ku. Mungkin seharian tak bertemu dia merasa
kangen. Akhirnya di jam 08.45 dia terlelap sambil memeluk botol susu dan guling
nya.
Anakku mungkin
berbeda dari anak yang lain. Lebih aktif dari anak manapun. Badannya lebih
mungil dari yang lain, namun aku percaya dia lebih cerdas dan lebih hebat dari
anak seusianya. Di usia yang ke 23 bulan dengan berat badan 12 kg sudah bisa membuat
kami takjub dengan segala kepintaran dan juga kenakalannya. Ivander Zakiy
Mahendradata, anakku sayang, semoga kelak engkau menjadi anak yang sholeh,
berbakti pada kedua orang tua mu, berguna bagi nusa bangsa dan agama, semoga
kelak engkau seindah nama mu yang bermakna lelaki hebat dengan hati yang bersih
yang akan menjadi penerus keluarga mahendradata.
bisa di read more ini tulisan lho, biar terlihat ramping eh pendek...ada di waktu write post, good luck
ReplyDelete